1.
Awal
Kedatangan Jepang di Indonesia.
Pada hari Minggu tanggal 7 Desember 1941, Jepang
melakukan penyerbuan terhadap Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Pearl Harbour merupakan pangkalan Angkatan
Laut Amerika Serikat yang terbesar di Asia Pasifik. Dengan segera AS langsung
menyatakan perang terhadap Jepang.Selain Pearl Harbour, Jepang juga menyerang
pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan tersebut Jepang mulai menyerang
koloni Inggris di Hongkong, Borneo, Malaya dan wilayah lainnya di sekitar Asia.
Jepang juga menguasai daerah jajahan Belanda yang dikenal dengan
Hindia-Belanda, yang termasuk di dalamnya Indonesia. Pendudukan Jepang di
beberapa wilayah Asia Timur dan Tenggara merupakan upaya untuk memperkuat
pasukan dan kekuatan, dengan merekrut pasukan-pasukan dari daerah
kekuasaannya(Seni Berfikir:2013)
Sebagai negara
fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga meresahkan kaum
pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang
terjun dalam kancah peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan bahwa suatu
saat akan terjadi peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu
analisis politik. Adapun sikap pergerakan politik bangsa Indonesia dengan tegas
menentang dan menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari arah utara. Sikap ini
dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Sementara itu di Jawa muncul
Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada suatu saat pulau Jawa akan dijajah
oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya hanya "seumur
jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit kuning itu lenyap akhirnya
Indonesia merdeka. Ramalan yang sudah dipcrcaya oleh rakyat ini tidak
disia-siakan oleh Jepang, bahkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga
kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan
Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus
dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang.
Sikap tersebut dipertegas
oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van Starkenborgh
Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia Belanda termasuk ke
dalam Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina, Dutch/Belanda)
dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang
berkedudukan di Bandung.
Angkatan perang Jepang
begitu kuat, sehingga Hindia Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris
di daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang. Peperangan
yang dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi
nama Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat
singkat, Jepang telah dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina,
Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Jatuhnya
Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan
ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan HMS
Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu
persatu komandan Sekutu meninggalkan Indonesia, sampai terdesaknya Belanda dan
jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di
bawah pimpinan Karel Doorman (Belanda) dapat mengadakan perlawanan dengan
pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis
serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut: diawali
dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemudian.Minahasa, Sulawesi,
Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali. Pendudukan
terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting
dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat
kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan
Inggris. Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di
daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya
menyerang pusat kekuasaan Belan¬da di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret
1942) dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara
Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh
wilayah Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang
organisasi politik yang pada masa Hindia Belanda masih menampakkan
keberadaannya, ternyata dilarang untuk melakukan kegiatan politik. Karena itu
pada masa ini yang boleh hidup terbatas pada organisasi yang dibuat oleh
Jepang. Organisasi itu pada hakekatnya bertujuan untuk memberi keuntungan pihak
Jepang, dipihak lain diharapkan gerakan itu tidak membahayakan Jepang.
(Legawa:1992:43)
2. Dampak PendudukanJepang
dalam Berbagai Aspek Kehidupan
1. Kehidupan Sosial
Jepang melakukan eksploitasi
tenaga manusia. Hal ini akan membawa dampak terhadap mobilitas sosial
masyarakat Indonesia. Puluhan hingga ratusan ribu penduduk desa yang kuat
dikerahkan untuk romusa membangun sarana dan prasarana perang, seperti jalan
raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan, benteng bawah tanah, dan sebagainya.
Mereka dipaksa bekerja keras (romusa) sepanjang hari tanpa diberi upah, makan
pun sangat terbatas. Akibatnya,banyak yang kelaparan, sakit dan meninggal
ditempat kerja.
Untuk mengerahkan tenaga
kerja yang banyak, di tiap-tiap desa dibentuk panitia pengerahan tenaga yang
disebut Rumokyokai. Tugasnya menyiapkan tenaga sesuai dengan jatah yang
ditetapkan. Untuk menghilangkan ketakutan penduduk dan menutupi rahasia itu
maka Jepang menyebut para romusa dengan sebutan prajurit ekonomiatau pahlawan
pekerja. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar
Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma, Malaya, Vietnam, dan
Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang.
Pada bulan Januari 1944,
Jepang memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun tetangga). Tonarigumi merupakan
kelompok-kelompok yang masing masing terdiri atas 10–20 rumah tangga. Maksud
diadakannnya tonarigumi adalah untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan
memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Dengan adanya perang yang
makin mendesak maka tugas yang dilakukan Tonarigumi adalah mengadakan latihan
tentang pencegahan bahaya udara, kebakaran, pemberantasan kabar bohong, dan
mata-mata musuh.
2. Kehidupan
Ekonomi
Pada
jaman pendudukan Jepang kehidupan ekonomi rakyat sangat menderita. Lemahnya
ekonomi rakyat berawal dari sistem bumi hangus Hindia Belanda ketika mengalami
kekalahan dari Jepang pada bulan Maret 1942. Sejak itulah kehidupan ekonomi
menjadi lumpuh dan keadaan ekonomi berubah dari ekonomi rakyat menjadi ekonomi
perang. Langkah pertama yang dilakukan Jepang adalah merehabilitasi prasarana
ekonomi seperti jembatan, alat-alat transportasi dan komunikasi. Selanjutnya
Jepang menyita seluruh kekayaan musuh dan dijadikan hak milik Jepang, seperti perkebunan,
bank, pabrik, perusahaan, telekomunikasi dan lain lain. Hal ini dilakukan
karena pasukan Jepang dalam melakukan serangan ke luar negaranya tidak membawa
perbekalan makanan Kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan Jepang
diprioritaskan untuk kepentingan perang. Perkebunan kopi, teh dan tembakau yang
dianggap sebagai barang kenikmatan dan kurang bermanfaat bagi kepentingan
perang diganti dengan tanaman penghasil bahan makanan dana tanaman jarak untuk
pelumas.
Pola
ekonomi perang yang dilancarakan oleh Tokyo dilaksanakan secara konsekuen dalam
wilayah yang diduduki oleh angkatan perangnya. Setiap lingkungan daerah harus
melaksanakan autarki (berdiri di atas kaki sendiri), yang disesuaikan dengan
situasi perang. Jawa dibagi atas 17 lingkungan autarki, Sumatra atas 3
lingkungan dan daerah Minseifu (daerah yang diperintah Angkatan Laut Jepang)
dibagi atas 3 lingkungan autarki. Karena dengan sistem desentralisasi maka Jawa
merupakan bagian daripada “Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”
mempunyai dua tugas, yakni:
1) memenuhi kebutuhan sendiri untuk
tetap bertahan,
2) mengusahakan produksi barang- barang
untuk kepentingan perang.
Seluruh
kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan Jepang untuk biaya perang. Bahan makanan
dihimpun dari rakyat untuk persediaan prajurit Jepang seharihari, bahkan juga
untuk keperluan perang jangka panjang. Beberapa tindakan Jepang dalam memeras
sumber daya alam dengan cara-cara berikut ini :
1) Petani wajib menyetorkan hasil panen
berupa padi dan jagung untuk keperluan konsumsi militer Jepang. Hal ini
mengakibatkan rakyat menderita kelaparan.
2) Penebangan hutan secara
besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati
untuk membuat tangkai senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan
erosi yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat mengurangi
kesuburan tanah.
3) Perkebunan-perkebunan yang tidak ada
kaitannya dengan keperluan perang dimusnahkan, misalnya perkebunan tembakau di
Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam pohon jarak karena biji jarak
dijadikan minyak pelumas mesin pesawat terbang. Akibatnya petani kehilangan
lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan sawah. Sedangkan untuk
perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak dimusnahkan karena tanaman
ini bermanfaat untuk kepentingan perang.
4) Penyerahan ternak sapi, kerbau dan
lain-lain bagi pemilik ternak. Kemudian ternak dipotong secara besar-besaran
untuk keperluan konsumsi tentara Jepang. Hal ini mengakibatkan hewan-hewan
berkurang padahal diperlukan untuk pertanian, yakni untuk membajak. Dengan dua
tugas inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari sistem ekonomi
perang pemerintah pendudukan Jepang.
Cara
yang ditempuh untuk pengerahan tenaga Romusha ini dengan bujukan, tetapi
apabila tidak berhasil dengan cara paksa. Untuk menarik simpati penduduk, Jepang
mengatakan bahwa Romusha adalah pahlawan pekerja yang dihormati atau prajurit
ekonomi. Mereka digambarkan sebagai orang yang sedang menunaikan tugas sucinya
untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Sedangkan panitia pengerah Romusha
disebut Romukyokai. Di samping rakyat, bagi para pamong praja dan pegawai
rendahan juga melakukan kerja bakti sukarela yang disebut Kinrohoshi.
Pemimpin-pemimpin Indonesia membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan Romusha
ini. Bung Karno memberi contoh berkinrohonsi (kerja bakti), Bung Hatta memimpin
Badan Pembantu Prajurit Pekerja atau Romusha. Ali Sastroamijoyo, S.H.
mempelopori pembaktian barang-barang perhiasan rakyat untuk membantu biaya
perang Jepang.
Akibat
dari Romusha ini jumlah pria di kampung-kampung semakin menipis, banyak
pekerjaan desa yang terbengkelai, ribuan rakyat tidak kembali lagi ke
kampungnya, karena mati atau dibunuh oleh Jepang. Coba bandingkan dengan rodi
pada jaman penjajahan Belanda! Untuk mengawasi penduduk atas terlaksananya
gerakan-gerakan Jepang maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) sampai ke
pelosok pelosok pedesaan. Dengan demikian sumber daya manusia rakyat Indonesia
khususnya di Jawa dimanfaatkan secara kejam untuk kepentingan Jepang. Akibat
dari tekanan politik, ekonomi, sosial maupun kultural ini menjadikan mental
bangsa Indonesia mengalami ketakutan dan kecemasan(Rifan:2010)
3. Kebudayaan
Bahasa Indonesia adalah
salah satu unsur kebudayaan sehingga dengan digunakannya bahasa Indonesia
secara luas akan mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 20
Oktober 1943 atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia didirikanlah Komisi
(Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan terminologi,
yaitu istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif dan menentukan
kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia. Susunan Kepengurusan Komisi Bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
Ketua : Mori ( Kepala kantor Pengajaran).
Wakil Ketua: Iciki
Penulis : Mr. R. Suwandi
Penulis Ahli: Mr.S. Takdir Alisjabana
Anggota : Abas St. Pamuntjak, Mr. Amir Syarifuddin, Armien
Pane
Di bidang sastra, pada zaman
Jepang juga berkembang baik. Hasil karya sastra, seperti roman, sajak, lagu,
lukisan, sandiwara, dan film. Agar hasil karya sastra tidak menyimpang dari
tujuan Jepang, maka pada tanggal 1 April 19943 di Jakarta didirikan Pusat
Kebudayaan dengan nama Keimin Bunko Shidosho. Hasil karya sastra yang terbit,
seperti Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar, Palawija karya Karim Halim,
Angin Fuji karya Usmar Ismail. Gubahan untuk drama, seperti Api dan Cintra
karya Usman Ismail; Topan di Atas Asia dan Intelek Istimewa karya El Hakim (dr.
Abu Hanifah). Mengenai seni musik, komponis C. Simandjuntak berhasil
menciptakan lagu Tumpah Darahku dan Maju Putra-Putri Indonesia.
4. Militer
Situasi Perang Asia Pasifik
pada awal tahun 1943 mulai berubah. Sikap ofensif Jepang beralih ke defensif.
Jepang menyadari bahwa untuk kepentingan perang perlu dukungan dari penduduk
masing-masing daerah yang didudukinya. Itulah sebabnya, Jepang mulai membentuk
kesatuan-kesatuan semimiliter dan militer untuk dididik dan dilatih secara
intensif di bidang militer. Di Indonesia ada beberapa kesatuan pertahanan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti berikut.
a. Kesatuan Pertahanan
Semimiliter
1) Seinendan (Barisan
Pemuda)
Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943.
Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia antara 14–22 tahun. Mereka
dididik militer agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya
dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, tujuan yang sebenarnya
ialah mempersiapkan pemuda untuk dapat membantu Jepang dalam menghadapi tentara
Sekutu dalam Perang Asia Pasifik.
2) Keibodan(Barisan Pembantu
Polisi)
Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943.
Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia 26–35 tahun dengan tugas,
seperti menjaga lalu lintas, pengamanan desa, dan lain-lain. Barisan ini di
Sumatra disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan dikenal dengan nama Borneo
Konan Hokokudan.
3) Fujinkai (Barisan Wanita)
Fujinkai dibentuk pada bulan
Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas para wanita berusia 15 tahun ke atas.
Mereka juga diberikan latihanlatihan dasar militer dengan tugas untuk membantu
Jepang dalam perang.
4) Jibakutai(Barisan Berani
Mati)
Jibakutaidibentuk pada
tanggal 8 Desember 1944. Barisan ini rupanya mendapatkan inspirasi dari pilot
Kamikazeyang sanggup mengorbankan nyawanya dengan jalan menabrakkan pesawatnya
kepada kapal perang musuh.
b. Kesatuan Pertahanan
Militer
1) Heiho(Pembantu Prajurit Jepang)
1) Heiho(Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah prajurit
Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Mereka yang diterima menjadi anggota
adalah yang memenuhi syarat, antara lain berbadan sehat, berkelakuan baik,
berpendidikan terendah SD, dan berumur 18–25 tahun. Mereka dilatih kemiliteran
secara lengkap dan setelah lulus dimasukkan ke dalam kesatuan militer Jepang
dan dikirim ke medan pertempuran, seperti ke Kepulauan Salomon, Burma, dan
Malaya.
2) Peta ( Pembela Tanah Air)
Peta dibentuk pada tanggal 3
Oktober 1943, dengan tugas mempertahankan tanah air. Pembentukan PETA ini atas
permohonan Gatot Mangkuprojo kepada Panglima Tertinggi Jepang Letjen Kumakichi
Haradatanggal 7 September 1943. Untuk menjadi anggota Peta para pemuda dididik
di bidang militer secara khusus di Tangerang, di bawah pimpinan Letnan
Yamagawa. Untuk menjadi komandan Peta , mereka dididik secara khusus lewat
Pendidikan Calon Perwira di Bogor. Dari pasukan Peta ini muncul tokoh-tokoh
nasional yang militan, seperti Jenderal Soedirman, Jenderal Gatot Subroto,
Jenderal Ahmad Yani, Supriyadi, dan sebagainya.
Dengan demikian, pendudukan
Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam bidang kemiliteran.
Pemuda-pemuda yang tergabung dalam organisasi, baik semimiliter maupun militer
menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Hal ini
sangat penting artinya dalam perjuangan, baik untuk merebut kemerdekaan, maupun
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
5. Pendidikan
Zaman pendudukan Jepang,
pendidikan di Indonesia mengalami kemerosotan drastis, jika dibandingkan zaman
Hindia Belanda. Jumlah sekolah dasar (SD) menurun dari 21.500 menjadi 13.500
dan sekolah menengah dari 850 menjadi 20. Oleh Jepang sekolah-sekolah dan
perguruanperguruan dijadikan tempat indoktrinasi. Melalui pendidikan dibentuk
kaderkader untuk memelopori dan melaksanakan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya. Sistem pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan untuk keperluan
Perang Asia Pasifik. (Listiyani:2009:179-183)
Tugas dikerjakan di kertas folio dan dikumpulkan paling lambat sebelum Ulangan Harian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.
Jelaskan
secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia?
2.
Apa
maksud dan tujuan dibentuknya sistem tonarigumi?
3.
Sebutkan rencana Jepang dalam rangka menguasai ekonomi
Indonesia?
4.
Sebutkan kesatuan pertahanan yang dibentuk
pemerintahan Jepang di Indonesia?
5.
Bagaimana
perkembagan pendidikan di Indonesia pada masa pemerintahan Jepang?
Jika ada pertanyaan, atau kritik dan saran serta ada hal yang mau didiskusikan, silahkan tulis Komentar pada kolom komentar dibawah ini!
misii, untuk mencari apa-apa saja tentang romukyokai itu di mana ya??
BalasHapus