Laman

Kamis, 05 Maret 2015

DEMONOLOGI ISLAM, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam


    Demonologi merupakan penyederhanaan istilah untuk mengatakan tentang upaya sitematis yang menggambarkan sesuatu sebagai hal yang menakutkan – layaknya hantu (demon) – dan harus dimusuhi dan diperangi dengan dukungan media massa. Adapun demologi Islam merupakan upaya sistematis Barat (kaum Zionis Yahudi dan Salibis) untuk memberi penggambaran atau pencitraan Islam sebagai demon (setan, iblis atau hantu) yang jahat dan kejam dimana Islam harus dimusuhi  dan diperangi dengan dukungan massa. Upaya ini merupakan bagian strategi Barat untuk meredam kekuatan Islam.
    Sasaran atau objek utama demologi adalah sebagai berikut : Pertama, orang-orang atau kelompok/organisasi orang Muslim yang berjuang untuk menegakkan syiar Islam di bumi ini. Mereka adalah para aktivis harakah al –Islamiyah (gerakan Islam) seperti Ikhwanul Muslimin (Mesir), Front Islamique du Salut (FIS, Aljazair), Harakah Muqawamah al-Islamiyah (Hamas, Palestina), dan lain-lain. Kedua, rezim atau pemerintahan negara mana saja yang berani menentang hegemoni Barat dalam percaturan sosial, politik, dan ekonomi dunia – seperti Imam Khomeini (Iran), Muammar Qaddafi (Libya), dan Saddam Hussein (Irak) – ataupun mereka yang berani coba-coba menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahan – seperti Zia Ul-Haq (Pakistan), Hasan al-Basyir (Sudan), dan Taliban (Afghanistan). Ketiga, para aktivis Muslim yang berjuang, baik atas nama Islam maupun atas nama komunitas Muslim, di pentas dunia menentang kezaliman Barat dan antek-anteknya seperti Syekh Omar Abdul Rahman dari Mesir, Syekh Ahmad Yasin (Palestina), Dr. Hasan at-Turabi (Sudan), Osama bin Laden (Arab Saudi), dan Abdullah "Apo" Ocalan (Kurdi Turki).
            Konflik Barat-Islam mencuat pasca kekalahan komunis (Uni Sovyet) dalam Perang Dingin. Barat menilai Islam sebagai kekuatan baru yang mengancam dominasi mereka. Barat menjadikan Islam sebagai musuh selanjutnya. Ada beberapa pendapat juga yang mengatakan bahwa semangat perang salib kembali berkobar.
            Adapun sumber permusuhan Barat terhadap Islam secara umum adalah dendam historis dan kesalahpahaman masyarakat Barat memaknai Islam. Dendam historis adalah dendam masa lalu ketika Islam menjadi kekuatan dunia ketika masa Khilafah Islam masih ada. Berbagai perperangan (perang salib) selalu didominasi pasukan Islam. Perang Salib merupaka pondasi kebencian Barat terhadap Islam. Meski khilafah telah berhasil digulingkan pada tahun 1924, namun dendam kekalahan masa lalu tidak bisa dilupakan.
            Kesalahpahaman Barat memahami Islam juga menjadi pemicu konflik tersebut. barat mempelajari dan memahami Islam dari buku-buku para orientalis, sedangkan para orientalis menkaji Islam dengan tujuan untuk menimbulkan miskonsepsi terhadap Islam atau menyelewengkan ajaran Islam. Hal tersebut ditambah dengan sajian media massa yang menampilkan Islam tidak secara menyeluruh. Bahkan yang mereka tampilkan adalah Islam Syiah yang hanya 10 % dari umat Muslim di dunia yang di dominasi Islam Sunni. Barat menjadikan Syiah sebagai perwakilan Islam secara keseluruhan.
Barat keliru dan menyamakan ajaran Islam dengan perilaku individu umat Islam. Misalnya, ketika sejumlah individu melakukan kekerasan, maka Barat langsung mengatakan teroris. Bahkan Barat mengecap ajaran Islam adalah sumber teroris.  Hal tersebut djadikan Barat sebagai opini umum dunia dengan media massa untuk memberikan pandangan bahwa Islam itu kejam dan Islam harus diperangi. Parahnya adalah banyak umat Islam yang tidak melakukan pembelaan bahkan mereka malah takut dengan ajaran Islam karena termakan opini Barat tersebut atau kemudian muncullah istilah Islamphobia (ketakutan terhadap Islam). 
Secara garis besar bentuk permusuhan Barat-Islam meliputi penyia-nyiaan, penerapan double standard dan permusuhan ateisme-rasialisme. Penyia-nyian misalnya adalah Barat melupakan keberhasilan peradaban Islam yang mengagumkan di Andalusia abad ke-8 hingga abad ke-15. Penerapan double standard adalah penggunaan istilah “Fanatik Muslim”, namun Barat tidak pernah mengatakan “Fanatik Katolik” atau “Fanatik Kristen”. Barat juga diam terhadap kasus Bosnia atau Palestina, namun langsung berteriak ketika kasus Timor Timur yang mayoritas penduduknya beragama Katolik ingin memisahkan diri dari Indonesia. Permusuhan ateisme-rasialisme memyebabkan Barat ketakutan terhadap kebangkitan Islam dengan upaya berbagai gerakan Islam untuk mendirikan pemerintah Islam.
Adapun strategi Barat untuk melemahkan dunia Islam (Negara-negara Islam dan Negara Mayoritas beragama Islam) adalah, pertama menciptakan kondisi ketergantungan. Hal tersebut dilakukan dengan diadakannya program bantuan luar negeri seperti bantuan ekonomi, tenaga ahli, militer, pemberian pinjaman dan lain sebagainya. Dengan bantuan tersebut, dapat mengikat Negara-negara Muslim, sehingga Barat dapat mengendalikan Negara tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Jadi Negara Muslim menjadi Negara “boneka” dari Barat.
Kedua, penanaman rasa permusuhan dan saling curiga di antara Negara-negara Islam (politik pecah belah, devide et impera). Seperti kasus perang teluk, perang Irak-Iran dan sebagainya. Ketiga, pencegahan program senjata nuklir di Negara-negara Islam, dengan tujuan membatasi aktivitas militer Negara Islam. Sehingga secara militer, kekuatan Negara Islam akan melemah. Keempat, peredam dan pembasmian “kekuatan Islam” khususnya gerakan-gerakan Islam yang merupakan oposisi terdepan hegemoni Barat. Selain itu Barat juga mendukung penguasa Negara Muslim yang diktator, tiran dan otoriter  Barat telah menjadikan Negara Islam tersebut menjadi boneka melalui pemimpin-pemimpinnya, seperti Husni Mubarak di Mesir, Muamar Khadafy di Libya dan lain sebagainya.
      Selain keempat strategi tersebut, Barat juga menyiapkan rencana lain untuk melemahkan kebangkitan Islam. Cara yang dilakukan adalah dengan penyerbuan pemikiran (ghazwul fikr) yaitu upaya Barat menjauhkan umat muslim dari agamanya. Cara-cara tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Tasykik, yakni gerakan yang berupaya menciptakan keraguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya. Misalnya, dengan terus menyerang (melecehkan) Al-Qur'an dan hadits, melecehkan Nabi Muhammad Salallahu ’Alaihi wa Sallam, atau mengampanyekan bahwa hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
2. Tasywih, gerakan yang berupaya menghilangkan kebanggaan kaum Muslimin terhadap agamanya. Caranya, memberikan gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri di kalangan umat Islam. Di sini, mereka melakukan pencitraan negatif tentang agama dan umat Islam lewat media massa dan lain-lain sehingga terkesan menyeramkan, kotor, kejam, dan sebagainya.
3.  Tadzwib, yakni pelarutan budaya dan pemikiran. Di sini, kaum kuffar melakukan pencampuradukkan antara hak dan batil, antara ajaran Islam dan non-Islam, sehingga umat Islam kebingungan mendapatkan pedoman hidupnya.
4.  Taghrib, yakni pembaratan dunia Islam, mendorong umat Islam agar menerima pemikiran dan budaya Barat, seperti sekularisme, nasionalisme, dan sebagainya. Sekularisme memisahkan antara urusan keduniaaan dan agama (urusan ibadah, akhirat). Isme ini disusupkan atau dicekokkan Barat ke dunia Islam sehingga umat Islam tidak memedomani ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan, tetapi hanya pada aspek ritual seperti shalat dan puasa. Tatanan politik dan ekonomi, misalnya mengacu pada konsep Barat (kapitalisme, demokrasi, sosialisme, dan lain-lain).
Fundamentalisme Islam (Islamic Fundamentalism, Ushuliyah alIslamiyah) adalah label utama, paling populer, dan paling berpengaruh dalam upaya kaum Zionis dan Salibis Barat melakukan demonologi Islam. Label tersebut bergantian dengan istilah "Islam fundamentalis" – ditujukan kepada setiap gerakan (pemikiran dan politik) Islam yang melandaskan perjuangannya pada ajaran Islam yang memperjuangkan berlakunya syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Fundamentalisme Islam juga dianggap sebagai ancaman besar bagi kehidupan seluruh umat manusia karena ia dikaitkaitkan atau diidentikkkan dengan ekstremisme, fanatisme, militanisme, radikalisme, dan terorisme (aksi kekerasan, pembunuhan, pembajakan, penyanderaan, peledakan bom, dan sebagainya).
Buku ini secara umum memberikan gambaran fakta bagaimana Barat dengan hegemoninya memandang bahwa Islam adalah musuh selanjutnya pasca Perang Dingin. Barat melihat ada kebangkitan dalam Islam. Untuk mencegah kebangkitan tersebut Barat melakukan berbagai upaya untuk membuat Islam terpuruk. Bahkan umat Islam dibuat takut dengan agamnya sendiri. Namun melihat fenomena yang real pada saat ini, seperti ISIS, telah membuat Barat kehilangan akal untuk menghentikan kebangkitan Islam.

Judul Buku      : Demonologi Islam, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam
Penulis             : Asep Syamsul M. Romli, S.IP
Penerbit           : Gema Insani Press
Kota Terbit      : Jakarta
Tahun Terbit    : 2000
Tebal               : 132 Halaman