Demonologi merupakan penyederhanaan istilah untuk mengatakan tentang
upaya sitematis yang menggambarkan sesuatu sebagai hal yang menakutkan –
layaknya hantu (demon) – dan harus dimusuhi dan diperangi dengan dukungan media
massa. Adapun demologi Islam merupakan upaya sistematis Barat (kaum Zionis
Yahudi dan Salibis) untuk memberi penggambaran atau pencitraan Islam sebagai
demon (setan, iblis atau hantu) yang jahat dan kejam dimana Islam harus
dimusuhi dan diperangi dengan dukungan
massa. Upaya ini merupakan bagian strategi Barat untuk meredam kekuatan Islam.
Sasaran atau objek
utama demologi adalah sebagai berikut : Pertama, orang-orang
atau kelompok/organisasi orang Muslim yang berjuang untuk menegakkan syiar
Islam di bumi ini. Mereka adalah para aktivis harakah al –Islamiyah (gerakan Islam) seperti
Ikhwanul Muslimin (Mesir), Front Islamique du Salut (FIS, Aljazair), Harakah
Muqawamah al-Islamiyah (Hamas, Palestina), dan lain-lain. Kedua,
rezim atau pemerintahan negara mana saja yang berani menentang hegemoni Barat
dalam percaturan sosial, politik, dan ekonomi dunia – seperti Imam Khomeini
(Iran), Muammar Qaddafi (Libya), dan Saddam Hussein (Irak) – ataupun mereka yang
berani coba-coba menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahan – seperti Zia
Ul-Haq (Pakistan), Hasan al-Basyir (Sudan), dan Taliban (Afghanistan). Ketiga,
para aktivis Muslim yang berjuang, baik atas nama Islam maupun atas nama komunitas
Muslim, di pentas dunia menentang kezaliman Barat dan antek-anteknya seperti
Syekh Omar Abdul Rahman dari Mesir, Syekh Ahmad Yasin (Palestina), Dr. Hasan at-Turabi
(Sudan), Osama bin Laden (Arab Saudi), dan Abdullah "Apo" Ocalan
(Kurdi Turki).
Konflik
Barat-Islam mencuat pasca kekalahan komunis (Uni Sovyet) dalam Perang Dingin.
Barat menilai Islam sebagai kekuatan baru yang mengancam dominasi mereka. Barat
menjadikan Islam sebagai musuh selanjutnya. Ada beberapa pendapat juga yang
mengatakan bahwa semangat perang salib kembali berkobar.
Adapun
sumber permusuhan Barat terhadap Islam secara umum adalah dendam historis dan
kesalahpahaman masyarakat Barat memaknai Islam. Dendam historis adalah dendam
masa lalu ketika Islam menjadi kekuatan dunia ketika masa Khilafah Islam masih
ada. Berbagai perperangan (perang salib) selalu didominasi pasukan Islam.
Perang Salib merupaka pondasi kebencian Barat terhadap Islam. Meski khilafah
telah berhasil digulingkan pada tahun 1924, namun dendam kekalahan masa lalu
tidak bisa dilupakan.
Kesalahpahaman
Barat memahami Islam juga menjadi pemicu konflik tersebut. barat mempelajari
dan memahami Islam dari buku-buku para orientalis, sedangkan para orientalis
menkaji Islam dengan tujuan untuk menimbulkan miskonsepsi terhadap Islam
atau menyelewengkan ajaran Islam. Hal tersebut ditambah dengan sajian media
massa yang menampilkan Islam tidak secara menyeluruh. Bahkan yang mereka
tampilkan adalah Islam Syiah yang hanya 10 % dari umat Muslim di dunia yang di
dominasi Islam Sunni. Barat menjadikan Syiah sebagai perwakilan Islam secara
keseluruhan.
Barat keliru dan
menyamakan ajaran Islam dengan perilaku individu umat Islam. Misalnya, ketika
sejumlah individu melakukan kekerasan, maka Barat langsung mengatakan teroris.
Bahkan Barat mengecap ajaran Islam adalah sumber teroris. Hal tersebut djadikan Barat sebagai opini
umum dunia dengan media massa untuk memberikan pandangan bahwa Islam itu kejam
dan Islam harus diperangi. Parahnya adalah banyak umat Islam yang tidak
melakukan pembelaan bahkan mereka malah takut dengan ajaran Islam karena
termakan opini Barat tersebut atau kemudian muncullah istilah Islamphobia (ketakutan
terhadap Islam).
Secara garis besar bentuk
permusuhan Barat-Islam meliputi penyia-nyiaan, penerapan double standard dan
permusuhan ateisme-rasialisme. Penyia-nyian misalnya adalah Barat melupakan
keberhasilan peradaban Islam yang mengagumkan di Andalusia abad ke-8 hingga
abad ke-15. Penerapan double standard adalah penggunaan istilah “Fanatik
Muslim”, namun Barat tidak pernah mengatakan “Fanatik Katolik” atau “Fanatik
Kristen”. Barat juga diam terhadap kasus Bosnia atau Palestina, namun langsung
berteriak ketika kasus Timor Timur yang mayoritas penduduknya beragama Katolik
ingin memisahkan diri dari Indonesia. Permusuhan ateisme-rasialisme memyebabkan
Barat ketakutan terhadap kebangkitan Islam dengan upaya berbagai gerakan Islam
untuk mendirikan pemerintah Islam.
Adapun strategi Barat
untuk melemahkan dunia Islam (Negara-negara Islam dan Negara Mayoritas beragama
Islam) adalah, pertama menciptakan kondisi ketergantungan. Hal
tersebut dilakukan dengan diadakannya program bantuan luar negeri seperti
bantuan ekonomi, tenaga ahli, militer, pemberian pinjaman dan lain sebagainya.
Dengan bantuan tersebut, dapat mengikat Negara-negara Muslim, sehingga Barat
dapat mengendalikan Negara tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan. Jadi Negara Muslim menjadi Negara “boneka” dari Barat.
Kedua, penanaman rasa
permusuhan dan saling curiga di antara Negara-negara Islam (politik pecah
belah, devide et impera). Seperti kasus perang teluk, perang Irak-Iran
dan sebagainya. Ketiga, pencegahan program senjata nuklir di
Negara-negara Islam, dengan tujuan membatasi aktivitas militer Negara Islam. Sehingga
secara militer, kekuatan Negara Islam akan melemah. Keempat, peredam
dan pembasmian “kekuatan Islam” khususnya gerakan-gerakan Islam yang merupakan
oposisi terdepan hegemoni Barat. Selain itu Barat juga mendukung penguasa
Negara Muslim yang diktator, tiran dan otoriter
Barat telah menjadikan Negara Islam tersebut menjadi boneka melalui
pemimpin-pemimpinnya, seperti Husni Mubarak di Mesir, Muamar Khadafy di Libya
dan lain sebagainya.
Selain
keempat strategi tersebut, Barat juga menyiapkan rencana lain untuk melemahkan
kebangkitan Islam. Cara yang dilakukan adalah dengan penyerbuan pemikiran (ghazwul
fikr) yaitu upaya Barat menjauhkan umat muslim dari agamanya. Cara-cara
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Tasykik, yakni gerakan yang berupaya
menciptakan keraguan dan pendangkalan kaum Muslimin terhadap agamanya.
Misalnya, dengan terus menyerang (melecehkan) Al-Qur'an dan hadits, melecehkan
Nabi Muhammad Salallahu ’Alaihi wa Sallam, atau mengampanyekan bahwa
hukum Islam tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
2. Tasywih, gerakan yang berupaya
menghilangkan kebanggaan kaum Muslimin terhadap agamanya. Caranya, memberikan
gambaran Islam secara buruk sehingga timbul rasa rendah diri di kalangan umat
Islam. Di sini, mereka melakukan pencitraan negatif tentang agama dan umat
Islam lewat media massa dan lain-lain sehingga terkesan menyeramkan, kotor,
kejam, dan sebagainya.
3. Tadzwib, yakni pelarutan budaya
dan pemikiran. Di sini, kaum kuffar melakukan pencampuradukkan antara
hak dan batil, antara ajaran Islam dan non-Islam, sehingga umat Islam
kebingungan mendapatkan pedoman hidupnya.
4. Taghrib, yakni pembaratan dunia
Islam, mendorong umat Islam agar menerima pemikiran dan budaya Barat, seperti
sekularisme, nasionalisme, dan sebagainya. Sekularisme memisahkan antara urusan
keduniaaan dan agama (urusan ibadah, akhirat). Isme ini disusupkan atau
dicekokkan Barat ke dunia Islam sehingga umat Islam tidak memedomani ajaran
Islam dalam segala aspek kehidupan, tetapi hanya pada aspek ritual seperti
shalat dan puasa. Tatanan politik dan ekonomi, misalnya mengacu pada konsep
Barat (kapitalisme, demokrasi, sosialisme, dan lain-lain).
Fundamentalisme Islam (Islamic Fundamentalism, Ushuliyah
alIslamiyah) adalah label utama, paling populer, dan paling berpengaruh
dalam upaya kaum Zionis dan Salibis Barat melakukan demonologi Islam. Label
tersebut bergantian dengan istilah "Islam fundamentalis" – ditujukan kepada
setiap gerakan (pemikiran dan politik) Islam yang melandaskan perjuangannya
pada ajaran Islam yang memperjuangkan berlakunya syariat Islam dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Fundamentalisme Islam juga dianggap sebagai
ancaman besar bagi kehidupan seluruh umat manusia karena ia dikaitkaitkan atau
diidentikkkan dengan ekstremisme, fanatisme, militanisme, radikalisme, dan
terorisme (aksi kekerasan, pembunuhan, pembajakan, penyanderaan, peledakan bom,
dan sebagainya).
Buku ini
secara umum memberikan gambaran fakta bagaimana Barat dengan hegemoninya
memandang bahwa Islam adalah musuh selanjutnya pasca Perang Dingin. Barat
melihat ada kebangkitan dalam Islam. Untuk mencegah kebangkitan tersebut Barat
melakukan berbagai upaya untuk membuat Islam terpuruk. Bahkan umat Islam dibuat
takut dengan agamnya sendiri. Namun melihat fenomena yang real pada saat ini,
seperti ISIS, telah membuat Barat kehilangan akal untuk menghentikan
kebangkitan Islam.
Judul Buku :
Demonologi Islam, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam
Penulis :
Asep Syamsul M. Romli, S.IP
Penerbit :
Gema Insani Press
Kota Terbit :
Jakarta
Tahun Terbit : 2000
Tebal :
132 Halaman